KSATRIA BRJUBAH MERAH
Harapan telah rapi kugantung di kubah langit
sehingga galah pun tak sanggup menggapi bayangnya
aku yang pernah asyik bercumbu dengan merah
meradang dan rebah
menyaksikan para ksatria berjubah merah
berlumuran keringat dan darah
berdiri tegak mengibarkan panji- panji perjuangan
dihadapan beribu- ribu moncong senapan
Detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam,
hari demi hari hingga berabad- abad lamanya
aku masih duduk terpaku dihadapan sebuah televisi 21 inci
didalam sebuah ruang imajinasi
seperti mayat yang tak bernyawa
duduk terkaku menyaksikan jubah merah yang dipakai ksatria- ksatria itu
robek terkoyak timah- timah panas dan tikaman sangkur yang menempel di moncong laras- laras senapan
Jubah merah yang dulu pernah indah melapisi badanku
sehingga tampak gagah ketika ku berjalan dan berteriak teriak di jalanan
membuatku berani menghadapi satu divisi pasukan bersenjata yang melindungi istana- istana para penghisap keringat dan darah rakyat
hanya dengan sebuah pengeras suara tergenggam di tangan
Ksatria- ksatria pemberani berjubah merah
yang dulu senasib, sejiwa, seraga dan memerahkan darahku
Lagi- lagi ku hanya duduk terkaku
Ruang Sunyi, 16 Mei 2006
03:39 AM