Friday, January 26, 2007

Masihkah Kau Milik Kami


Ah jalanan
kini kau sudah dipadati dengan jargon- jargon kaum aristokrat dan kapitalis
tak ada lagi representasi suara hati rakyat kami
hanya menjadi manifesto promosi komuditi atau agitasi busuk rezim komprador

Ah jalanan
apakah sudah habis terikan- teriakan anti imperialisme dan feodalisme disana
yang tersisa hanya teriakan busuk kaum hedonis
atau teriakan anjing- anjing pemerintah kota yang membubarkan saudara- saudara kami yang menggantungkan hidupnya padamu
hey jalanan
mengapa kau diam saja

Ah anjing kau jalanan
kau hanya sudi bersenggama dengan kendaraan mewah sekarang
apakan hajis bagimu kiti ditapaki kami orang- orang sengsara
oh, aku tahu kini
jangan- jangan sekarang kau melacur pada mereka

Satu hal yang perlu kau ingat jalanankau berdiri diatas keringat dan darah kami
antara Anyer- Panaruban
penderitaan karuhun kamilah yang membesarkan kalian
dan jangan kau lupa
kau ada karena hasil rampasan sawah dan ladang kami
jikalau kau dibangun atas investasi modal asing
kami lah juga yang harus membayarnya

Terakhir jalanan
buang seringai sinismu atas kami sekarang juga
atau amarah rakyat akan kembali berkobar
dan kau akan habis terbakar
Sebelum Aku Terlelap


sebatas senja
jejaku larut dalam keheningan malam
selepas fajar
bayangku kembali tergilas rotasi mentari


kembali kita menuai duka
meratap diantara hamparan sawah dan ladang yang tak lagi milik kita
lalu hendak kemana kita berjalan
jika trotoar dan taman- taman kota sudah menjadi estetika aristokrat


biarkan aku sejenak tertunduk
dibawah penaram lampu jalanan
dan jangan bangunkan aku
hingga negeri ini sudah merdeka


Ari Syahril Ramadhan
Bandung, 26 Januari 2007