Saturday, March 28, 2009

Wedang Jahe


BANDUNG- Berbekal keyakinan bahwa puisi bisa diapresiasi bukan saja melalui media pembacaan atau aklamasi puisi, sekelompok anak muda asal Bandung berinisiatif untuk mendirikan sebuah grup musikalisasi puisi. Bukan hal baru memang, beberapa grup music atau musisi seperti Group Bimbo, Mukti-Mukti, Ari Juliyant atau Fery Curtis acap kali memusikalisasikan beberapa puisi untuk diapresiasikan dalam alunan nada music pop, balada, blues maupun jazz. Tapi bagaimana jika syair-syair indah para pujangga dimusikalisasikan dalam alunan nada kroncong?

Adalah Nevi, Dili, Adi , Riksa dan Ari sekelompok anak muda yang mempelopori konsep kroncongisasi puisi ala 'Wedang Jahe'. Grup kroncongisasi puisi ini terbentuk saat menggelar acara dramatisasi puisi Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Angkatan 2004 berjudul "Wedang Jahe". Namun mereka merasa sangat disayangkan jika formasi ini bubar setelah acara tersebut. Wedang Jahe pun sepakat untuk terus konsisten berkarya. Hingga hari ini nyatanya orkes kroncongisasi Wedang Jahe masih terus eksis bermusikalisasi puisi walaupun ada personil nya yang kerap menghilang atau keluar masuk seenaknya.

Kami ingin membuktikan bahwa genre music kroncong bukan hanya milik kaum tua dan hanya dijadikan media nostalgia saja. Musik kroncong adalah salah satu genre music yang lahir di jazirah Nusantara. Untuk itulah kami mengabdikan diri untuk terus berkreasi didalamnya.", ujar Riksa seorang pemain violin Wedang Jahe.

"Lebih dari pada sebuah genre musik, bagi saya sendiri kroncong adalah sebuah keyakinan dan gaya hidup. Tak terlalu garang, dikemas dalam sajian yang estetis namun menyimpan energi potensial pemberontakan yang begitu kuat. Sama halnya dengan seni bela diri pencak silat, dikemas dalam rangkaian jurus yang lebih menyerupai rangkaian tari-tarian, namun sebenarnya memiliki kemampuan untuk sekedar membuat sekarat kaum kolonial saat itu." Lanjutnya.

Generasi muda penerus bangsa memang sepatutnya menghargai dan mencintai warisan seni dan budaya bangsa. Genre music keroncong lahir dan berkembang di tanah Nusantara dengan cita rasa yang sangat Indonesia. Bukan tidak mungkin kroncong berkembang mengikuti dialektika zaman, Orkes Musikalisasi Puisi Wedang Jahe telah sukses membuktikanya. Jadi siapkah anda bereksperimen dengan music kroncong?

BANANA STREET


Bandung-- Mungkin akibat sepanjang jalan Cipaganti berjejer pedagang pisang, orang eropa yang kerap melintasi kawasan itu menyebutnya Banana Street, alias jalan pisang. Padahal pemerintah telah mengubah nama jalan itu menjadi jalan Wirahadikusumah. Entah kapan awalnya, sebutan Jl Pisang itu. Kemungkinan sejak para pedagang pisang kerap mangkal pada kawasan itu. Berbagai jenis pisang yang dijajakan pada jalan yang rimbun diteduhi pepohonan itu memang tampil menarik. Kuning alami. Pepohonan kayu keras tumbuh rindang hingga dahan dan daun yang berada diatas jalan seolah memayungi para pengguna jalan menambah daya tarik untuk disinggahi. Jalan Cipaganti memiliki nilai historis yang dapat diinterpertasi berbeda bagi setiap orang. Umat Islam Kota Bandung memaknai jalan ini dengan dibangunya Masjid Raya Cipaganti pada akhir abad ke 18. Sebuah masjid pertama yang dibangun di kawasan Bandung Utara dengan perpaduan gaya arsitektur Arab, Eropa dan sedikit sentuhan ornament Tionghoa. Berbeda dengan Kaum Muslimin, para ekspatriat yang pernah tinggal atau sekedar berkunjung ke Kota Bandung memiliki kenangan tersendiri dengan jalan yang satu ini. Terutama mereka yang pernah berada di Kota Bandung pada era 80 dan 90 an. Mr. Jose Pedro Senen Sanchez contohnya, pria berkebangsaan Spanyol yang pernah tinggal cukup lama di Bandung di era 80an mengatakan bahwa dia lebih akrab dengan nama Banana Street ketimbang Jalan Cipaganti atau Jalan Wirahadikusumah. Menurut penuturanya sekitar tahun 1985an dia dan rekan-rekan ekspatriatnya selalu meluangkan waktu untuk berwisata belanja ke kawasan Jalan Cipaganti. Mang Ali seorang pedagang pisang di Jalan Cipaganti depan Kantor Pos Cipaganti membenarkan hal tersebut. Menurutnya di era 80 dan 90an daganganya selalu laris manis diserbu pembeli lokal maupun asing. "Dulu memang orang bule sering datang kesini buat beli pisang. Biasanya favorit orang asing pisang raja sere. Tapi sekarang yang dagang pisangnya juga udah sedikit, sering diusir-usir tibum soalnya.", tuturnya.

Thursday, March 26, 2009

BERBURU ONDERDIL MOTOR ANTIK Di PASAR ASTANA ANYAR


BANDUNG- Anda mungkin pernah melihat beberapa sepeda motor uzur produksi pabrikan eropa seperti BMW, DKW, Ariel, Norton, Triump dan BSA lansiran tahun 40 dan 50 an yang masih bugar melenggang di ruas-ruas jalan di Kota Bandung. Anda mungkin juga bertanya bagaimana bisa motor-motor tua yang kebanyakan sudah tidak diproduksi spare partnya atau bahkan pabrik yang memproduksinya sudah gulung tikar ini masih bisa melenggang-lenggong di jalanan kota.

Setelah ditelusuri ternyata motor-motor tua lansiran pabrikan Eropa tersebut masih bisa melenggang mulus karena mendapat suplai spare part dari pasar loak Astana Anyar Bandung. Disini banyak dijual beragam onderdil motor bekas mulai dari motor baru hingga motor tua dari berbagai pabrikan seperti blok mesin, velg, karburator dll.

“Barang-barang biasanya disuplai sama agen, atau biasanya suka ada aja yang langsung ngejual kesini.”, ujar Ahmad seorang pedagang onderdil motor bekas Pasar Astana Anyar. Sebagai pedagang onderdil bekas Ahmad dituntut untuk memiliki wawasan tentang otomotif, karena dari situlah ia bisa mengetahui kulitas onderdil dan menentukan harga jualnya kelak.

”Kalau spare part motor-motor Jepang sih saya hapal, tapi kalau spare part motor tua eropa saya kurang hafal. Kemaren juga ada yang nitip barang, seminggu kemudian ada yang nawar dengan harga cukup tinggi. Ga taunya itu spare part motor BMW R 25, namanya penyond. Padahal awalnya saya gak tahu itu spare part motor apa.”, lanjutnya.

Bagi anda pemilik motor tua lansiran pabrikan Eropa dan Amerika dapat mencoba untuk berburu spare part sepeda motor kesayangan anda disini. Tidak menutup kemungkinan anda akan mendapat barang yang anda cari dengan kualitas yang masih layak pakai dan harga yang terjangkau tentunya. ***M2/red.ari