Thursday, July 13, 2006

KAu dan Siluet yang Memancar di Air Mukamu

Lagi dan lagi kau terus menuangkan sorot matamu yang tajam. Bukanya apa- apa tuan, tetapi siluet yang mengalir di dalamnyalah yang membuat aku harus kembali berjalan menuruni masa lalu di tepian tebing terjal itu. Lalu kemanakah abu- abu yang biasanya bersemayam dalam hamparan alam semesta ini!?
Syair yang kau lantunkang seakan terus menyeru untuk kembali menata baris demi baris tatanan tetrikal dramatik ini, sungguh sebuah rentetan propaganda sebuah perhalatan akbar di akhir pekan.


Tuesday, July 11, 2006

KEMANA TUAN BERJALAN

Aku adalah anak zaman
menepis kerinduan pada pekatnya embun malam
bersenandung senja diambang beribu lantunan nada sendu
dikala ornamen- ornamen kegelisahan
menjadi interior yang menghiasi ruang demi ruang di gedung - gedung yang menjulang hingga ke kubah langit
yang menghalangi mentari menuangkan cahaya pagi senjanya
pada dinginya rerumputan di hamparan bebatuan
maka, selamat mencintai peradaban tuan
atau silahkan tuan berselimut cahaya
dalam ruang kegelapan

Ruang sunyi
12 Juli 2006
03.21 AM